Kenalkan Makna Lebaran kepada Anak
Sabtu, 07 Mei 2016
Yuk, berikan warna baru dalam puasa Ramadhan kali ini, agar anak bisa memaknai Lebaran dari hati yang paling dalam.
Hari Raya Idul Fitri tik dengan kegembiraan, setelah berpuasa sebulan penuh, bertemu sanak saudara, hingga menyantap makanan khas lebaran. Lalu, masih ingatkah Anda kapan pertama kali memahami makna lebaran seutuhnya? Menurut Nurul Annisa, M.Psi., dari Klinik Kancil, anak sudah mulai memahami dengan baik makna perayaan seperti Lebaran di usia 7-8 tahun atau kelas 2-3 SD.
"Pada masa ini (7-8 tahun), kemampuan kognitif anak telah berkembang sehingga anak lebih dapat memahami sesuatu dari berbagai sudut pandang," ujar Nurul.
Selain berkumpul dan makan bersama, sambung Nurul, anak juga memahami bahwa Idul Fitri sebagai ungkapan syukur kepada Allah karena telah menjalankan kewajiban berpuasa selama sebulan penuh.
Contoh lain, anak dapat memahami bahwa tidak semua orang dapat merayakan Idul Fitri dengan makan-makan, berkumpul, atau pulang kampung karena tidak memiliki cukup uang.
Makna Berbagi
Mengajarkan anak berpuasa sejak dini, umumnya usia prasekolah, dapat menjadi cara bagi orang tua untuk menjelaskan makna Idul Fitri. Akan tetapi, Nurul mengingatkan bahwa tujuan latihan puasa yang utama adalah membiasakan anak agar mampu berpuasa pada usia akil balig.
Mengajarkan anak berpuasa sejak dini, umumnya usia prasekolah, dapat menjadi cara bagi orang tua untuk menjelaskan makna Idul Fitri. Akan tetapi, Nurul mengingatkan bahwa tujuan latihan puasa yang utama adalah membiasakan anak agar mampu berpuasa pada usia akil balig.
"Bila tidak dilatih, puasa akan menjadi hal berat bagi anak sehingga menjadi masalah buat orangtua di kemudian hari," ujar Nurul yang menambahkan bahwa umumnya anak usia 7-8 tahun sudah dapat berpuasa sehari penuh.
Psikolog lulusan Universitas Indonesia ini menjelaskan bahwa haus dan lapar saat berpuasa adalah hal yang kongkret bagi anak. "Anak usia prasekolah memahami sesuatu yang bersifat kongkret. Misalnya, jika tidak makan maka perut lapar. Pada saat inilah, orangtua bisa mengajarkan pada anak bahwa lapar itu tidak enak dan anak-anak yang tidak punya uang untuk makan sehingga mereka kelaparan. Jadi, kita yang memiliki cukup uang sebaiknya membantu mereka dengan berbagi. Bisa berupa uang atau memberikan makana."
Anak usia sekolah lain lagi. Anda bisa mengaitkan latihan puasa dengan zakat dan Idul Fitri. Misal mengajak anak ke masjid untuk membayar zakat sembari menjelaskan bahwa zakat dapat membantu orang-orang kurang mampu untuk dapat hidup lebih baik dan bisa merayakan Idul Fitri dengan layak. "Maka. Pemahaman Idul Fitri merupakan momen berbagi akan lebih dipahami oleh anak usia sekolah."
Saling Memaafkan
Makna lain dari lebaran adalah saling memaafkan. Nah, bagaimana cara orangtua menanamkan perilaku ini kepada anak? "Selesai salat Idul Fitri, seluruh anggota keluarga berkumpul dan saling bermaafan. Orangtua bisa menjelaskan kepada anak yang lebih besar bahwa setelah berpuasa sebulan penuh dan kembali ke fitrah, kita perlu saling memaafkan dengan sesama agar ibadah puasa kita semakin sempurna".
Makna lain dari lebaran adalah saling memaafkan. Nah, bagaimana cara orangtua menanamkan perilaku ini kepada anak? "Selesai salat Idul Fitri, seluruh anggota keluarga berkumpul dan saling bermaafan. Orangtua bisa menjelaskan kepada anak yang lebih besar bahwa setelah berpuasa sebulan penuh dan kembali ke fitrah, kita perlu saling memaafkan dengan sesama agar ibadah puasa kita semakin sempurna".
Sementara itu, bila anak masih kecil, Anda bisa mengatakan, "Kita sudah berpuasa sebulan penuh. Nah, supaya ibadah kita lengkap sekarang saatnya bermaaf-maafan. Siapa tahu Adek pernah nakal sama Kakak atau Kakak suka iseng sama Adek. Jadi seperti halnya kertas, sekarang kertas kita sudah putih lagi karena bermaaf-maafan. Besok kertasnya harus diisi dengan coretan-coretan yang bagus, ya, seperti Kakak suka menolong Adek atau Adek membantu Ibu."
Cara lain yang bisa dicoba adalah ajak anak berkunjung ke tetangga sekitar untuk bermaaf-maafan. Lalu, saat mudik ke kampung halaman, ajak anak bersilaturahmi sekaligus bermaafan kepada orangtua atau saudara yang dituakan. "Melalui kebiasaan ini, orangtua mengajarkan bahwa mudik di saat Lebaran bukan sekedar ritual tahunan. Jika kebetulan tidak bisa mudik kita masih bisa bermaaf-maafan melalui telepon."
Manfaat Silaturahmi
Silaturahmi pada Hari Idul Fitri berbeda dengan bertamu di hari biasa. "Adanya kedalaman makna menjadi pembeda, yaitu saling bermaaf-maafan. Berpuasa dan membayar zakat mensucikan diri serta berkaitan erat dengan hubungan manusia dan Allah SWT. Sedangkan bermaaf-maafan di Hari Idul fitri lebih kepada. Hubungan Manusia dengan manusia." urai Nurul yang bisa dihubungi melalui akun twitter @kancil_ku dan website www.kancilku.com
Silaturahmi pada Hari Idul Fitri berbeda dengan bertamu di hari biasa. "Adanya kedalaman makna menjadi pembeda, yaitu saling bermaaf-maafan. Berpuasa dan membayar zakat mensucikan diri serta berkaitan erat dengan hubungan manusia dan Allah SWT. Sedangkan bermaaf-maafan di Hari Idul fitri lebih kepada. Hubungan Manusia dengan manusia." urai Nurul yang bisa dihubungi melalui akun twitter @kancil_ku dan website www.kancilku.com
Saat silaturahmi, bukan hal mustahil, si anak malah bermain tablet. "Peran orangtua sebagai contoh buat anak adalah hal yang sangat penting, harus dilakukan sejak dini, secara terus menerus, serta konsisten."
Menahan Nafsu
Makanan yang berlimpah saat Lebaran kadang membuat lupa diri. Tak hanya anak kecil, orang dewasa juga bisa kalap ketika melihat makanan khas Lebaran. "Sekali lagi, di sinilah pentingnya orangtua memberikan contoh kepada anak. Jika orangtua mencontohkan makan secukupnya, maka otomatis anak pun demikian. Jadi, sediakanlah makanab secukupnya saat Lebaran."
Makanan yang berlimpah saat Lebaran kadang membuat lupa diri. Tak hanya anak kecil, orang dewasa juga bisa kalap ketika melihat makanan khas Lebaran. "Sekali lagi, di sinilah pentingnya orangtua memberikan contoh kepada anak. Jika orangtua mencontohkan makan secukupnya, maka otomatis anak pun demikian. Jadi, sediakanlah makanab secukupnya saat Lebaran."
Demikian pula perihal baju dan sepatu baru. Boleh-boleh saja membelikan baju ataupun sepatu baru pada anak. "Terutama pada anak yang kecil agar ia semangat dan menjadi menjadi semacam reward atas usahanya." Namun, lanjut Nurul, jangan sampai mengganggu ibadah. Misalnya, berkeliling mal sampai anak tidak kuat puasa karena capek," ujar Nurul.
Nah, gunakan momen ini untuk mengajak anak menyumbang baju yang sudah tidak dipakai untuk orang yang membutuhkan. "Hal ini, membuat anak belajar untuk memberi dan mengajarkan anak agar tidak berlebihan saat membeli baju karena ada anak-anak yang tidak seberuntung mereka," tegas Nurul.
Belajar Memutuskan
Lebaran juga "diramaikan" dengan pembagian angpau, terutama untuk anak yang masih kecil. "Pada awal anak belajar berpuasa, pemberian reward cukup efektif. Ia memang akan mengasosiakan mendapatkan hadiah jika sanggup berpuasa." Ibaratnya, bila satu hari puasa saja dapat hadiah, apalagi sebulan penuh.
Lebaran juga "diramaikan" dengan pembagian angpau, terutama untuk anak yang masih kecil. "Pada awal anak belajar berpuasa, pemberian reward cukup efektif. Ia memang akan mengasosiakan mendapatkan hadiah jika sanggup berpuasa." Ibaratnya, bila satu hari puasa saja dapat hadiah, apalagi sebulan penuh.
Nah, seiring pertambahan usia, anak akan merasakan bahwa mampu berpuasa penuh adalah pencapaian yang membuat ia puas dan bangga. "Terlebih lagi jika disertai pujian dari orang tua. Maka, seiring waktu, hadiah tidak lagi menjadi sesuatu yang anak harapkan. Melainkan rasa puas dan bangga," jelas Nurul.
Pada tahap ini, reward bisa dihentikan secara perlahan. "Awalnya, diberi angpau sejumlah hari anak berhasil puasa penuh, tetapi sekarang dihitung secara global saja misal Rp 50.000. Selain itu, anak juga bisa diarahkan untuk menabung uangnya."
Pilihan semacam ini akan mengajarkan anak untuk memutuskan sendiri keinginannya dan memperlihatkan bahwa orangtua menghargai uang tersebut adalah miliknya dan bersikap demokratis.
Terakhir, Nurul menjelaskan bahwa puasa Ramadhan adalah pengalaman yang bermakna buat anak karena membutuhkan semangat, usaha, dan konsistensi untuj bertahan menjalankan kegiatan berpuasa.
"Puasa juga melibatkan fisik seperti seperti menahan lapar, mengaji, tadarus, salat tarawih, serta siraman rohani seperti menahan marah dan mendapatkan pahala bila berpuasa," jelas Nurul. Oleh karena itu, pastikan orangtua mewarnai pengalaman berpuasa dan Idul Fitri dengan pengalaman yang menyenangkan bagi anak.
Demikian tulisan tentang Kenalkan Makna Lebaran kepada Anak. Semoga bermanfaat.
Demikian tulisan tentang Kenalkan Makna Lebaran kepada Anak. Semoga bermanfaat.