Kakek Ambari Menabung Sejak Zaman Perang demi Bisa Naik Haji
Kamis, 04 Agustus 2016
Kakek Ambari Menabung Sejak Zaman Perang demi Bisa Naik Haji - Sambil memegang erat kain ihram hasil pemberian tetangganya, kakek Ambari bin Ahmad (90) mengucap syukur atas kesempatannya berangkat ke Tanah Suci untuk ibadah haji.
Kakek Ambari menabung sejak zaman perang untuk naik haji |
Tubuhnya yang sudah renta, tidak mematahkan niat warga Kelurahan Pelandakan Kecamatan Harjamukti RT 4 Rw 7 Kota Cirebon ini untuk menunaikan ibadah haji. Keinginannya untuk berangkat ke tanah suci itu tertanam sejak kakek Ambari berusia 30 tahun.
Di sela perbincangan bersama Liputan6.com, kakek yang berprofesi sebagai buruh tani ini mencoba mengingat kembali perjalanan hidupnya mengumpulkan segala mata uang rupiah sejak zaman Presiden Sukarno.
"Saya buat celengan dari kaleng biskuit lalu saya patri sendiri. Hasil dari panen saya masukkan ke celengan, berapapun hasilnya mau satu sen atau satu ketip," tutur Kakek Ambar, Kamis (4/8/2016).
Perasaan senang tak terelakkan saat mendengar dirinya akan berangkat haji pada September 2016 ini. Dia menuturkan, niatnya berangkat haji termotivasi oleh ayahnya, Ahmad, yang menunaikan ibadah haji saat itu.
Dari motivasinya itu, dia mulai menabung di celengan sejak 1949. Suka dukanya menabung di celengan saat itu masih diingatnya.
"Sambil ikut berperang, saya juga menyempatkan diri menabung. Kalau ada penjajah Belanda, celengan saya pendam di tanah lalu saya kabur sebentar, lalu malamnya saya ambil lagi," kenang dia.
Semangat Kakek Ambari berjuang merebut kemerdekaan melawan penjajah sambil mengumpulkan uang untuk naik haji dilakukannya dengan ikhlas. Dia mengaku tidak mau menerima sepeser pun uang jasa dari pemerintah atas perjuangannya membela negara.
"Saya ikhlas bela negara. Waktu muda saya tidak ikut wajib militer, hanya petani biasa yang siap bertempur melawan penjajah ketika diserang ataupun menyerang," ucap dia.
Keikhlasan hati kakek Ambari ini rupanya membuka jalannya untuk ke Mekkah. Seiring berjalannya waktu, dia pun menukarkan koin logam hasil celengannya ke toko loak atau kolektor.
"Uang yang saya tabung kan sudah tidak laku di zaman sekarang, jadi saya jual ke kolektor atau ke pasar loak dibayar dengan rupiah kemudian saya tabung lagi. Sampai terkumpul Rp 35 juta, saya bayarkan biaya haji juga tunai dan baru tahun ini saya berangkat," ujar dia.
Di sela perbincangan bersama Liputan6.com, kakek yang berprofesi sebagai buruh tani ini mencoba mengingat kembali perjalanan hidupnya mengumpulkan segala mata uang rupiah sejak zaman Presiden Sukarno.
"Saya buat celengan dari kaleng biskuit lalu saya patri sendiri. Hasil dari panen saya masukkan ke celengan, berapapun hasilnya mau satu sen atau satu ketip," tutur Kakek Ambar, Kamis (4/8/2016).
Perasaan senang tak terelakkan saat mendengar dirinya akan berangkat haji pada September 2016 ini. Dia menuturkan, niatnya berangkat haji termotivasi oleh ayahnya, Ahmad, yang menunaikan ibadah haji saat itu.
Dari motivasinya itu, dia mulai menabung di celengan sejak 1949. Suka dukanya menabung di celengan saat itu masih diingatnya.
"Sambil ikut berperang, saya juga menyempatkan diri menabung. Kalau ada penjajah Belanda, celengan saya pendam di tanah lalu saya kabur sebentar, lalu malamnya saya ambil lagi," kenang dia.
Semangat Kakek Ambari berjuang merebut kemerdekaan melawan penjajah sambil mengumpulkan uang untuk naik haji dilakukannya dengan ikhlas. Dia mengaku tidak mau menerima sepeser pun uang jasa dari pemerintah atas perjuangannya membela negara.
"Saya ikhlas bela negara. Waktu muda saya tidak ikut wajib militer, hanya petani biasa yang siap bertempur melawan penjajah ketika diserang ataupun menyerang," ucap dia.
Keikhlasan hati kakek Ambari ini rupanya membuka jalannya untuk ke Mekkah. Seiring berjalannya waktu, dia pun menukarkan koin logam hasil celengannya ke toko loak atau kolektor.
"Uang yang saya tabung kan sudah tidak laku di zaman sekarang, jadi saya jual ke kolektor atau ke pasar loak dibayar dengan rupiah kemudian saya tabung lagi. Sampai terkumpul Rp 35 juta, saya bayarkan biaya haji juga tunai dan baru tahun ini saya berangkat," ujar dia.
Kakek Ambari memegang kain ihram pemberian tetangganya. |
Meski begitu, Kakek Ambari hingga kini belum memiliki bekal untuk berangkat ke Mekah. Namun, pihaknya yakin tidak ada kendala karena niat dan keikhlasannya untuk berangkat haji.
"Lillahita Ala saja, saya berangkat seadanya tanpa bekal. Toh panitia juga pasti sudah menyiapkan bekal. Saya juga mohon maaf belum bisa menggelar acara doa bersama warga dan tetangga karena tidak punya uang," tutur dia.
Sementara itu, Asrifah yang merupakan anak semata wayang kakek Ambari mengaku senang atas kesempatan ayahnya ke tanah suci. Dia mengaku kegigihan sang ayah untuk berangkat ke Tanah Suci memotivasinya untuk terus mendoakannya.
"Saya juga lagi terus berusaha agar bapak saya dibekali ketika berangkat haji. Sebisa saya untuk membekali bapak saya dalam perjalanan," ujar Asrifah.
"Lillahita Ala saja, saya berangkat seadanya tanpa bekal. Toh panitia juga pasti sudah menyiapkan bekal. Saya juga mohon maaf belum bisa menggelar acara doa bersama warga dan tetangga karena tidak punya uang," tutur dia.
Sementara itu, Asrifah yang merupakan anak semata wayang kakek Ambari mengaku senang atas kesempatan ayahnya ke tanah suci. Dia mengaku kegigihan sang ayah untuk berangkat ke Tanah Suci memotivasinya untuk terus mendoakannya.
"Saya juga lagi terus berusaha agar bapak saya dibekali ketika berangkat haji. Sebisa saya untuk membekali bapak saya dalam perjalanan," ujar Asrifah.
Sumber: Liputan6