Hardiknas, Ribuan Siswa SD di Semarang Menari Keprajuritan
Kamis, 03 Mei 2018
- Sebanyak 1.000 siswa SD se-Kabupaten Semarang, mementaskan tarian keprajuritan usai upacara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Stadion Wujil. Tarian ini ditampilkan sebagai salah satu bentuk untuk melestarikan kebudayaan.
Adapun ribuan siswa SD ini berasal dari 19 kecamatan di Kabupaten Semarang. Mereka memakai kustum yang dipakai prajurit dengan membawa pedang dan tameng serta memakai udeng/ikat kepala. Mereka menari dengan iringan musik bende, saron dan drum yang secara apik.
Kepala Seksi Kesenian dan Nilai-nilai Budaya, Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora), Slamet Widada mengatakan, tarian keprajuritan ini menceritakan tentang prajurit Pangeran Sambernyawa yang mengawal saat dilangsungkan perjanjian Salatiga pada tahun 1757. Ketika itu, para prajurit ini melakukan gladen atau latihan di daerah Getasan, yang kini masuk wilayah Kabupaten Semarang.
"Memang secara langsung tidak ada kaitanya dengan sejarah keberadaan Kabupaten Semarang. Karena Kabupaten Semarang berdiri pada 15 Maret 1521. Ini untuk melestarikan budaya karena menjadi tarian ciri khas Kabupaten Semarang yang berkaitan dengan nilai sejarah," kata Widada di sela-sela pentas tarian keprajuritan di Stadion Wujil, Kabupaten Semarang, Rabu (2/5/2018).
Untuk keberlangsungan tarian ini kedepannya, katanya, telah melakukan workshop tarian keprajuritan. Nantinya, diharapkan menjadi salah satu ekstrakurikuler di masing-masing sekolah.
"Syukur-syukur bisa menjadi materi muatan lokal di sekolah dasar," ujarnya.
Salah satu pelatih, Surinah (50) mengatakan, tarian keprajuritan ini merupakan salah satu ciri khas di Kabupaten Semarang.
"Tarian ini sudah menjadi ektrakurikuler di sekolah," kata Surinah yang mengajar di SDN Tempuran 01, Bringin.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Semarang, Sarwoto Ndower mendukung penuh keberlangsungkan tarian keprajuritan ini ditampilkan di hadapan tamu undangan dan pejabat teras di Pemkab Semarang.
"Kalau ditampilkan seperti ini para pengambil kebijakan bisa mengetahui keberadaan tarian khas Kabupaten Semarang. Kami berharap nantinya menjadi materi muatan lokal di sekolah," ujar dia.
Sumber: detik.com
Adapun ribuan siswa SD ini berasal dari 19 kecamatan di Kabupaten Semarang. Mereka memakai kustum yang dipakai prajurit dengan membawa pedang dan tameng serta memakai udeng/ikat kepala. Mereka menari dengan iringan musik bende, saron dan drum yang secara apik.
Kepala Seksi Kesenian dan Nilai-nilai Budaya, Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora), Slamet Widada mengatakan, tarian keprajuritan ini menceritakan tentang prajurit Pangeran Sambernyawa yang mengawal saat dilangsungkan perjanjian Salatiga pada tahun 1757. Ketika itu, para prajurit ini melakukan gladen atau latihan di daerah Getasan, yang kini masuk wilayah Kabupaten Semarang.
"Memang secara langsung tidak ada kaitanya dengan sejarah keberadaan Kabupaten Semarang. Karena Kabupaten Semarang berdiri pada 15 Maret 1521. Ini untuk melestarikan budaya karena menjadi tarian ciri khas Kabupaten Semarang yang berkaitan dengan nilai sejarah," kata Widada di sela-sela pentas tarian keprajuritan di Stadion Wujil, Kabupaten Semarang, Rabu (2/5/2018).
Untuk keberlangsungan tarian ini kedepannya, katanya, telah melakukan workshop tarian keprajuritan. Nantinya, diharapkan menjadi salah satu ekstrakurikuler di masing-masing sekolah.
"Syukur-syukur bisa menjadi materi muatan lokal di sekolah dasar," ujarnya.
Salah satu pelatih, Surinah (50) mengatakan, tarian keprajuritan ini merupakan salah satu ciri khas di Kabupaten Semarang.
"Tarian ini sudah menjadi ektrakurikuler di sekolah," kata Surinah yang mengajar di SDN Tempuran 01, Bringin.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Semarang, Sarwoto Ndower mendukung penuh keberlangsungkan tarian keprajuritan ini ditampilkan di hadapan tamu undangan dan pejabat teras di Pemkab Semarang.
"Kalau ditampilkan seperti ini para pengambil kebijakan bisa mengetahui keberadaan tarian khas Kabupaten Semarang. Kami berharap nantinya menjadi materi muatan lokal di sekolah," ujar dia.
Sumber: detik.com