Waspada Leptospirosis
Selasa, 07 Januari 2020
Info Kesehatan oleh dr Cindy, M.Biomed, SpPD (Kompas, 5 Januari 2020)
Musim Hujan sering membawa "tamu yang tak diundang" berupa penyakit-penyakit yang mengikutinya. Indonesia sebagai negara tropis sering dilanda penyakit influenza, demam berdarah, diare dan leptospirosis pada musim hujan.
ilustrasi |
Kemenkes mencatat jumlah kasus leptospirosis periode Januari hingga Oktober 2019 terbanyak didapatkan di Jawa Tengah, yaitu 449 terdiagnosis leptospirosis dengan 66 persen meninggal dunia. Daerah lain yang juga terdapat penyakit ini, antara lain Jawa Timur, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Kalimantan Utara.
Penyebab leptospirosis adalah bakteri Leptospira yang menginfeksi hewan tikus sebagai inang/host-nya (termasuk penyakit zoonosis). Bakteri tersebut ditularkan melalui kencing tikus yang masuk ke tubuh manusia melalui selaput lendir, mata, hidung, kulit lecet, dan melalui makanan yang dimakan. masa inkubasi penyakit ini adalah 2-26 hari, rata-rata 10 hari setelah kontak dengan kencing tikus.
Gejala leptospirosis yaitu demam tinggi 3-10 hari, menggigil, batuk, mual, sakit perut, diare, sakit kepala, nyeri otot terutama di betis, mata merah. Jika tidak diberikan tatalaksana yang memadai, penyakit ini dapat berkembang menjadi bentuk berat yang disebut penyakit weils yang ditandai adanya kulit kuning, air seni warna cokelat tua, perdarahan, gagal ginjal, syok (penurunan tekanan darah), penurunan kesadaran, hingga kematian.
Jika didapatkan gejala-gejala tersebut pada orang-orang dengan faktor risiko leptospirosis dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatam. Yang dimaksud faktor risiko terjangkit leptospirosis, antara lainkorban banjir yang terkontak dengan air banjir, riwayat konsumsi makanan/minuman tidak higienis yang diduga terkontak dengan tikus, pekerja di rumah potong hewan, petani, peternak, petugas pengolah limbah, dan pekerja di hutan yang tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) yang baik dan benar.
Dokter akan memeriksa darah dan air seni pasien terduga leptospirosis serta memberikan tatalaksana antibiotik. Bakteri leptospirosis dapat diidentifikasi dengan bantuan mikroskop lapangan gelap, dan dapat juga mendeteksi antibodi leptospira dari spesimen darah pasien.
Pasien leptospirosis sebaiknya dirawat inap dengan istirahat/tirah baring total, dan mendapatkan antibiotik sekitar 7 hari supaya bakteri tuntas dibasmi dan tidak berkembang menjadi bentuk berat (weils). Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain gagal ginjal, hepatitis (radang hati), miningitis (radang selaput otak), pankreatitis (radang pankreas), miokarditis (radang otot jantung), dan pendarahan dari banyak organ termasuk paru-paru.
Mengingat beratnya penyakit leptospirosis ini, kemenkes RI menganjurkan beberapa langkah pencegahan terutama dalam kondisi banjir, seperti perilaku hidup bersih dan sehat, menjaga kebersihan lingkungan, menyimpan makanan dan minuman dengan baik supaya terhindar dari tikus, mencuci tangan kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun hingga bersih, memakai sepatu karet dengan ukuran tinggi dan sarung tangankaret bagi (alat pelindugan diri/APD) petugas atau relawan yang turun ke daerah banjir, membasmi tikus di rumah dan kantor, dan membersihkan bagian tubuh yang berkontak dengan air banjir menggunakan disinfektan.
Kami harap Anda sehat senantiasa.